Suatu hari, sedang class meeting disekolah. Sebagian siswa
sedang bermain-main di tengah lapangan. Dan sebagian lagi duduk disepanjang
pinggiran lapangan. Terik matahari yang kuat membuat rasa tenggorokan dan
kerongkongan terasa kering. Perlahan-lahan kulit bibir mengelupas dan warnanya kian memutih. Diujung jalan,
terdengar suara “es..es… es manis kacang hijau”. Awalnya tak mendang ke suara
itu, mau kekantin, tapi kaki terlalu berat untuk melangkah.
“fit, temankan ke kantin, beli the ulat”. Ujarku. “ayoklah”.
Jawab fitri. “eh gak jadi fit, beli es aja”.
Lambat adik tersebut berjalan, memegang toples esnya,
akhirnya dia mendekat ke tempa dimana kami sedang duduk santai. Berteduh dari
teriknya panas yang kuat. Tapi, dia berhenti bukan di tempat kami. Melainkan
beberapa langkah dari tempat kami duduk.
Terasa lama menunggu adik tersebut untuk ke tempat kami,
akhirnya kami pergi ke tempat adik tersebut. sebenarnya alas an belie s selain
karena haus juga ingin melengkapi artikel saya ini. Saya minta bantuan ke nurul
untuk menayakan beberapa hal kepadanya.
Seperti menanyakan sekolah dimana, siapa yang buat es.” Dek
adek sekolah dimana?”. Dia tak
menjawabnya. Lantas dia hanya berkata , “kakak kan sekolah islam, gak boleh
dekat-dekat”. Rada gak nyambung. “dek, es nya siapa yang buat?”,Tanya nurul.
“mama ya?”. “bukan, orang lain”.
Mulai ada rasa lain, kemarem sebelumnya kami melihatnya
sangat kasihan. Tapi setelah bertanya, dia menunjukkan kesombongannya. Berlaku
seperti kamilah yang anak kecil yang harus dinasehati, di marahi, tentu kami
berdua merasa aneh mendengarnya. “yaudah nurul, kita kembali aja”, jawabku.
Kembali dia berkeliling, dulunya harganya hanya seribu tapi
melihat anak sma banyak peminat esnya harga naik menjadi dua kali lipat.
Gaya khasnya yang datang kesekolah dengan menggunakan sepatu
sekolah dan kaus kaki putih yang menutupi celananya, terkadang membuat kami
merasa aneh.
Semakin lama, semakin sedikit peminatnya. Namun dia tetap
kuat untuk menjajakan esnya ke sekolah ku.
SEKIAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar