Ada suatu cerita, dimana seorang pembantu disebuah kantor
membagi kisahnya denganku. Waktu dia bercerita, aku masih kelas 3 smp. Kelas 3
smp dulu , selalu terlambat pulang kerumah. Bukannya pulang kerumah tapi
disuruh nunggu di kantor papa. Kantor papa itu bukan kantor yang banyak
orangnya, bukan kantor yang banyak tingkatannya, disana hanya dijumpai
mobil,alat berat dan alat mobil lainnya. Pastilah disana bakalan gak punya
teman buat ngobrol. Untung lah kak Novi, nama yang mirip denganku datang menghampiri.
Dengan ramah dia menyapa, “anak bapak ya?”. “iya kak”.
Saling tanya bertanya, dari sekolah, kelas berapa, adik
berapa, dan pertanyaan-pertanyaan yang kalau di hayati dan disesuaikan dengan
kakak tersebut terlihat sedih.
Beliau ke pekanbaru ini, mau membahagiakan keluarganya yang
berada di Palembang. Dia masih memiliki adik, namun sayang dia harus putus
sekolah karena masalah ekonomi pada keluarganya. Merantau ke Pekanbaru, dan
bekerja disuatu instansi penyedia layanan pembantu. Disana dia di temukan dan
akhirnya di pekerjakan di kantor bos papa. Sedih dengarnya , sebenarnya
keinginannya untuk sekolah masih ada. Coba bayangkan bila kalian menjadi dia,
bertanya padaku yang saat itu memakai baju sekolah, dan berkata “ pasti enak
kalau sekolah, ilmu banyak dapat,kita jadi orang benar,kalau aku sekarang Cuma
mikirin keluargaku”. Coba bayangkan, bagi teman-teman yang merasakan sekolah,
sudahlah sekolahnya di swasta dengan biaya yang mahal, tapi disiasiakan begitu
aja dengan cabut,belajar main-main, merokok, padahal ada orang yang memilih
sekolah tapi dia harus menafkahi keluarganya.
Pelan-pelan saya bertanya, “maaf kak, orang tua kakak
gimana?”. Dengan senyuman kakak itu menjawab,”orang tua udah sakit-sakitan,
adik masih kecil-kecil buat disekolahin, jadi akulah yang mesti nyari kerja”.
Subhanallah, masih ada orang yang rela ngorbankan pendidikan masa depannya demi
orang tua dan keluargnya.
Sudah kerja di kantor bos papa pun, bukannya enak. Makanan
mereka sudah dijatahkan,pekerjaan banyak. Harus berani member makan anjing. Dia
disana Cuma di kontrak selama setahun. Jadi dia kerjanya itu selalu
pindah-pindah. Kebiasaannya yang sering membantu ibunya di kampung dalam
meyelesaikan pekerjaan rumah tangga dapat terselesaikan dengan mudah.
Dia disana gak sendiri, ada teman pembantu satu lagi. Tapi
yang satu lagi gayanya mati kerancaan. Bukannya kerja, tapi malah
telfonan,pacaran, berdandan. Bukannya gak boleh,tapi mestinya disesuaikan
dengan jam kerja yang ada. Dia gak mikirkan buat apa dia cari uang, kenapa dia
kerja. Kak novi ini selalu bertengkar dengan kakak centil satu ini. Gimana gak
bertengkar, gaji dapat sama tapi kerja gak sama. Kak novia sabar terus, sampai
akhirnya setahun dia bekerja. Akhirnya dia dipindahkan ke rumah yang lebih
mengasyikkan. Yang kerjanya sedikit,tapi memiliki banyak keuntungan. Ya salah
satunya, dia dapat menghemat uang buat tabungan keluarganya di kampong, karena
makan ditanggung, jalan-jalan selalu diajak. Pokoknya sekarang lebih enak.
Nah, pendidikan itu emang nomor satu, jangan sudah dikasih
rezeki oleh ALLAH kita sia-siakan. Padahal masih banyak yang lebih membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar