Selasa, 17 Juni 2014

cerita Anak Rantau( True Story)


Ada suatu cerita, dimana seorang pembantu disebuah kantor membagi kisahnya denganku. Waktu dia bercerita, aku masih kelas 3 smp. Kelas 3 smp dulu , selalu terlambat pulang kerumah. Bukannya pulang kerumah tapi disuruh nunggu di kantor papa. Kantor papa itu bukan kantor yang banyak orangnya, bukan kantor yang banyak tingkatannya, disana hanya dijumpai mobil,alat berat dan alat mobil lainnya. Pastilah disana bakalan gak punya teman buat ngobrol. Untung lah kak Novi, nama yang mirip denganku datang menghampiri. Dengan ramah dia menyapa, “anak bapak ya?”. “iya kak”.

Saling tanya bertanya, dari sekolah, kelas berapa, adik berapa, dan pertanyaan-pertanyaan yang kalau di hayati dan disesuaikan dengan kakak tersebut terlihat sedih.
Beliau ke pekanbaru ini, mau membahagiakan keluarganya yang berada di Palembang. Dia masih memiliki adik, namun sayang dia harus putus sekolah karena masalah ekonomi pada keluarganya. Merantau ke Pekanbaru, dan bekerja disuatu instansi penyedia layanan pembantu. Disana dia di temukan dan akhirnya di pekerjakan di kantor bos papa. Sedih dengarnya , sebenarnya keinginannya untuk sekolah masih ada. Coba bayangkan bila kalian menjadi dia, bertanya padaku yang saat itu memakai baju sekolah, dan berkata “ pasti enak kalau sekolah, ilmu banyak dapat,kita jadi orang benar,kalau aku sekarang Cuma mikirin keluargaku”. Coba bayangkan, bagi teman-teman yang merasakan sekolah, sudahlah sekolahnya di swasta dengan biaya yang mahal, tapi disiasiakan begitu aja dengan cabut,belajar main-main, merokok, padahal ada orang yang memilih sekolah tapi dia harus menafkahi keluarganya.
Pelan-pelan saya bertanya, “maaf kak, orang tua kakak gimana?”. Dengan senyuman kakak itu menjawab,”orang tua udah sakit-sakitan, adik masih kecil-kecil buat disekolahin, jadi akulah yang mesti nyari kerja”. Subhanallah, masih ada orang yang rela ngorbankan pendidikan masa depannya demi orang tua dan keluargnya.
Sudah kerja di kantor bos papa pun, bukannya enak. Makanan mereka sudah dijatahkan,pekerjaan banyak. Harus berani member makan anjing. Dia disana Cuma di kontrak selama setahun. Jadi dia kerjanya itu selalu pindah-pindah. Kebiasaannya yang sering membantu ibunya di kampung dalam meyelesaikan pekerjaan rumah tangga dapat terselesaikan dengan mudah.
Dia disana gak sendiri, ada teman pembantu satu lagi. Tapi yang satu lagi gayanya mati kerancaan. Bukannya kerja, tapi malah telfonan,pacaran, berdandan. Bukannya gak boleh,tapi mestinya disesuaikan dengan jam kerja yang ada. Dia gak mikirkan buat apa dia cari uang, kenapa dia kerja. Kak novi ini selalu bertengkar dengan kakak centil satu ini. Gimana gak bertengkar, gaji dapat sama tapi kerja gak sama. Kak novia sabar terus, sampai akhirnya setahun dia bekerja. Akhirnya dia dipindahkan ke rumah yang lebih mengasyikkan. Yang kerjanya sedikit,tapi memiliki banyak keuntungan. Ya salah satunya, dia dapat menghemat uang buat tabungan keluarganya di kampong, karena makan ditanggung, jalan-jalan selalu diajak. Pokoknya sekarang lebih enak.
Nah, pendidikan itu emang nomor satu, jangan sudah dikasih rezeki oleh ALLAH kita sia-siakan. Padahal masih banyak yang lebih membutuhkan. 

Tidak ada komentar: